Senin, 20 Februari 2012

Ia Berpakaian, Tapi Telanjang

Imam Al-Bayhaqi RA meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah masuk ke kamar Aisyah binti Abu Bakar, istrinya. Sementara itu, Aisyah bersama saudara perempuannya, Asma binti Abu Bakar, mengenakan pakaian tipis. Ketika Rasulullah melihatnya, beliau segera bangkit dan kemudian keluar kamar. Aisyah heran dan kemudian menanyakannya pada Rasulullah.

Rasulullah menjawab, ''Tidakkah engkau melihat keadaannya? Ia seperti bukan wanita muslimah yang seharusnya hanya menampakkan ini dan ini [seraya menunjuk pada wajah dan kedua telapak tangan].''

Riwayat lain, dari Imam Abu Daud, Rasulullah saw bersabda, ''Jika seorang anak wanita telah mencapai usia balig, tidak pantas terlihat dari dirinya, selain wajah dan kedua telapak tangannya.''

Selain hadis-hadis tersebut di atas, Alquran juga menjelaskan tentang masalah tersebut (aurat wanita), seperti tertera dalam surat An-Nur: 31 dan Al-Ahzab: 59. Begitu gamblangnya Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat manusia yang dibekali dengan akal, khususnya kaum wanita.

Ironisnya, kondisi kaum wanita (muslimah) sekarang ini jauh dari petunjuk tersebut. Betapa suguhan-suguhan televisi dominan dengan tontonan aurat. Dalam kehidupan nyata, keadaan tersebut tidak jauh berbeda, mereka berpakaian, tetapi keadaannya tidak berbeda dengan telanjang.

Akhirnya, banyak penduduk negeri ini, yang mayoritas Muslim, pun terbiasa dengan kondisi tersebut sehingga menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah, yang tidak perlu diubah. Justru kalau ada yang gerah dengan kondisi tersebut, orang tersebut malah dianggap aneh atau konservatif.
Kalau dicermati, masalah ketelanjangan itu tidak berhenti sampai di situ. Secara tidak langsung, hal tersebut juga menyuburkan pergaulan bebas, dan lebih jauh lagi adalah terjadinya dekadensi akhlak. Jumlah bayi yang lahir di luar nikah semakin bertambah dan masih banyak lagi dampak-dampak negatif lainnya sebagai akibat pemameran aurat wanita.

Tentu saja kondisi ini jauh dari gambaran kehidupan di zaman Rasulullah yang menjaga kehormatan wanita. Tidak hanya oleh wanita sendiri, tetapi juga negara karena salah satu tugas negara adalah menjaga akhlak dan agama rakyatnya, sehingga tercipta masyarakat Islam yang diberkahi oleh Allah SWT. Keadaan ini tidak hanya sejarah masa lalu, tetapi bisa kita wujudkan pada masa sekarang, tentunya dengan berpegang teguh pada tuntunan Rasulullah saw, yaitu Alquran dan Sunnah. Wallaahu a'lam bisawab 




Oleh : K Ariyah

Antara Menangis dan Tertawa

Pada suatu ketika di Hari Raya Idul Fitri, sufi Ibn al-Wardi bertemu dengan sekelompok orang yang sedang tertawa terbahak-bahak. Melihat pemandangan itu, Ibn al-Wardi menggerutu sendiri. Katanya, ''Kalau mereka memperoleh pengampunan, apakah dengan cara itu mereka bersyukur kepada Allah, dan kalau mereka tidak memperoleh pengampunan, apakah mereka tidak takut azab dan siksa Allah?''
Kritik Ibn al-Wardi ini memperlihatkan sikap kebanyakan kaum sufi. Pada umumnya mereka tidak suka bersenang-senang dan tertawa ria. Mereka lebih suka menangis dan tepekur mengingat Allah. Bagi kaum sufi, tertawa ria merupakan perbuatan tercela yang harus dijauhi, karena perbuatan tersebut dianggap dapat menimbulkan ghaflah, yaitu lalai dari mengingat Allah.

Akibat buruk yang lain, tertawa ria dapat membuat hati menjadi mati, yang membuat seseorang tidak dapat mengenal Allah (Al-Zumar: 22), tidak dapat menerima petunjuk (Al-Baqarah: 7), dan mudah disesatkan oleh setan (Hajj: 53). Pada waktu Perang Tabuk, orang-orang munafik berpaling dan menolak berperang bersama Nabi. Mereka justru bersenang-senang dan tertawa ria di belakang beliau. Tentu saja mereka dikecam oleh Allah dan diancam hukuman berat. Firman-Nya, ''Katakanlah: Api neraka itu lebih sangat panasnya jikalau mereka mengetahui.

Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.'' (Al-Taubah: 81-82). Ayat di atas, menurut pakar tafsir al-Razi, datang dalam bentuk perintah (al-amr), tetapi mengandung makna berita (al-khabar). Dalam perspektif ini, ayat tersebut bermakna bahwa kegembiraan dan suka cita orang-orang munafik itu sesungguhnya sebentar, tidak lama, lantaran kenikmatan dunia tidak kekal alias terbatas.

Sedangkan duka dan penderitaan mereka di akhirat justru berlangsung lama dan terus-menerus, lantaran azab dan siksa Tuhan di akhirat kekal abadi alias selama-lamanya. Ini berarti, setiap orang dihadapkan pada dua pilihan yang bersifat antagonistik, yaitu tertawa ria di dunia, tetapi menangis di akhirat, atau menangis di dunia, tetapi riang gembira dan tersenyum di akhirat. Dalam hadis sahih, Nabi pernah berpesan agar kaum Muslim lebih banyak menangis daripada tertawa ria. Katanya, ''Jikalau kalian mengetahui apa yang kuketahui, pastilah kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.'' (HR Bukhari-Muslim). Di akhirat, berbeda dengan di dunia, manusia akan terbagi menjadi dua golongan saja.

Pertama, golongan yang bersuka cita dan tertawa ria. Mereka itulah para penghuni surga. Kedua, golongan orang yang menderita dan bermuram durja. Mereka itulah para penghuni neraka. Allah berfirman: ''Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan banyak pula muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup pula oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.'' ('Abasa: 38-42). Semoga kita termasuk golongan orang yang dapat tertawa ria di akhirat kelak. Amin. 



Oleh : A Ilyas Ismail

Lima Belas Bukti Keimanan

Al-Hakim meriwayatkan Alqamah bin Haris r.a berkata, aku datang kepada Rasulullah s.a.w dengan tujuh orang dari kaumku. Kemudian setelah kami beri salam dan beliau tertarik sehingga beliau bertanya, "Siapakah kamu ini ?"
Jawab kami, "Kami adalah orang beriman."
Kemudian baginda bertanya, "Setiap perkataan ada buktinya, apakah bukti keimanan kamu ?"
Jawab kami, "Buktinya ada lima belas perkara. Lima perkara yang engkau perintahkan kepada kami, lima perkara yang diperintahkan oleh utusanmu kepada kami dan lima perkara yang kami terbiasakan sejak zaman jahiliyyah ?"

Tanya Nabi s.a.w, "Apakah lima perkara yang aku perintahkan kepada kamu itu ?"
Jawab mereka, "Kamu telah perintahkan kami untuk beriman kepada Allah, percaya kepada Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, percaya kepada takdir Allah yang baik mahupun yang buruk."
Selanjutnya tanya Nabi s.a.w, "Apakah lima perkara yang diperintahkan oleh para utusanku itu ?"
Jawab mereka, "Kami diperintahkan oleh para utusanmu untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah, hendaknya kami mendirikan solat wajib, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat dan berhaji bila mampu."

Tanya Nabi s.a.w selanjutnya, "Apakah lima perkara yang kamu masih terbiasakan sejak zaman jahiliyyah ?"
Jawab mereka, "Bersyukur di waktu senang, bersabar di waktu kesusahan, berani di waktu perang, redha pada waktu kena ujian dan tidak merasa gembira dengan sesuatu musibah yang menimpa pada musuh."
Mendengar ucapan mereka yang amat menarik ini, maka Nabi s.a.w berkata, "Sungguh kamu ini termasuk di dalam kaum yang amat pandai sekali dalam agama mahupun dalam tatacara berbicara, hampir saja kamu ini serupa dengan para Nabi dengan segala macam yang kamu katakan tadi."

Kemudian Nabi s.a.w selanjutnya, "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada lima perkara amalan yang akan menyempurnakan dari yang kamu punyai ? Janganlah kamu mengumpulkan sesuatu yang tidak akan kamu makan. Janganlah kamu mendirikan rumah yang tidak akan kamu tempati, janganlah kamu berlumba-lumba dalam sesuatu yang bakal kamu tinggalkan,, berusahalah untuk mencari bekal ke dalam akhirat."

Sholat yang Tidak Diterima

Rasulullah S.A.W. telah bersabda yang bermaksud :
"Sesiapa yang memelihara solat, maka solat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara solat, maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya." (Tabyinul Mahaarim)
Rasulullah S.A.W telah bersabda bahwa : "10 orang solatnya tidak diterima oleh Allah S.W.T, antaranya :
1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Orang lelaki yang mengerjakan solat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4. Orang lelaki yang melarikan diri.
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mahu meninggalkannya (Taubat).
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Orang perempuan yang mengerjakan solat tanpa memakai tudung.
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9. Orang-orang yang suka makan riba'.
10.  Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar."
Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : "Barang siapa yang solatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya solatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S.W.T dan jauh dari Allah."
Hassan r.a berkata : "Kalau solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk."

Kamis, 02 Februari 2012

Amal Pembuka Pintu Rezeki

Manusia hanya dapat mengharapkan pertolongan dari Allah Azza Wa Jalla. Tidak dapat menggantungkan diri kepada makhluk. Hanya Allah Rabbul Alamin yang berhak untuk dimintai pertolongan. Manusia dan kelompok yang menggantungkan hidupnya kepada makhluk lainnya, pasti akan mendapatkan dirinya terjatuh ke dalam lembah kehinaan dan kesesatan belaka. Diantara pintu yang akan mengantarkan pintu rezeki, dan menjauhkan dari kesempitan hidup adalah :
1.       Membaca “La ilaha illahah”.
Barang siapa yang lambat rezekinya hendaklah banyak mengucapkan la hawla wala quwwata illa billah (HR.At-Tabrani).
2.       Membaca “La ilaha illallahul malikul haqqul mubin”.
Barangsiapa yang membaca “La ilaha illallahul malikul haqqul mubin”, maka bacaan itu akan menjadi keamanan dari kefakiran dan menjadi penenteram dari rasa takut dalam kubur”. (HR. Abu Nu’aim dan Ad-Dailami).
3.      Melanggengkan Istighfar.
Barangsiapa melanggengkan istighfar, niscaya Allah mengeluarkan dia dari segala kesusahan dan memberikan dan memberikan dia rezeki dari arah yang tidak diduganya”. (HR.Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
4.      Membaca Surah Al-Ikhlas.
Barangsiapa yang membaca surah al-Ikhlas ketika masuk rumah, maka (berkah bacaan) menghilangkan kefakiran dari penghuni rumah dan tetangganya”. (HR.Tabrani).
5.      Membaca surah al-Waqi’ah
Barangsiapa membaca surah al-Waqi’ah setiap malam, maka tidak akan ditimpa kesempitan hidup”. (HR. Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).
6.      Memperbanyak Shalawat atas Nabi Shallahu Alaihi Wa Sallam
Ubay bin Ka’ab meriwayatkan , bila telah berlalu sepertiga malam, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam berdiri seraya bersabda, “Wahau manusia, berzikirlah mengingat Allah. Akan datang tiupan (sangkakala kiamat), pertama kemudian diiringi tiupan keuda. Akan datang kematian dan segala kesulitan yang ada di dalamnya”.
7.      Membaca “Subhanallah wabihamdihi subhanallahil ‘adzhim".
dari setiap kalimat itu seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah Ta’ala sampai diberikan untukmu sampai hari Kiamat yang pahala tasbihnya itu diberikan untukmu”. (HR.Al-Mustaqfiri dalam Ad-Da’wat, dinukilkan dari Ihya Ulumuddin al-Ghazali).
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang lagi Maha Pengampun, seperti yang telah difirmankan: “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Al-Qur’an : Az-Zummar : 53)
Semoga Allah Azza Wa Jalla memberikan rezeki dan melapangkan jalan hidup kaum muslimin, dan jauhkan dari jalan-jalan setan, yang selalu akan menyesatkan. Wallahu’alam.
Eramuslim.com

KEHIDUPAN SEHARI-HARI YANG ISLAMI

Oleh Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al-Jaarullah
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saudaraku....
Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat kehadapan anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya  kita  bisa mengambil  mannfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.
1.         Apakah anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid .?
2.       Apakah anda hari ini membaca Al-Qur'an .?
3.       Apakah anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib .?
4.        Apakah anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang anda baca .?
5.       Apakah anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur .?
6.       Apakah anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya .?
7.        Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan anda ke dalam Surga .? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata :"Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".
8.       Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali .? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata :"Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya :"Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata :"Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata :"Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).
9.       Apakah anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
10.      Apakah anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari .?
11.        Apakah anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pen) .?
12.      Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid .? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya :"Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).
13.      Apakah anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati anda atas agama-Nya. ?
14.      Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab .?
15.      Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja .?
16.      Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri .?
17.      Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
18.      Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua .?
19.      Apakah anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah .?
20.    Apakah anda hari ini mengucapkan do'a ini : " Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).
21.      Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki .?
22.    Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya .?
23.    Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan .?
Saudaraku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita  menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, inysa Allah.
.Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

KRITERIA PEMIMPIN SEJATI

Pemimpin atau waly al-amr adalah orang yang mendapat amanat untuk menangani urusan dan kepentingan umat sekaligus memiliki wewenang untuk memerintah.
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul serta kepada para pemimpin kamu” (QS. An-Nisa: 59)
Ketaatan kepada pemimpin mengandung nilai yang sama dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan yang dimaksud adalah pemimpin wajib ditaati selama ia mengajak untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan sebaliknya. Dalam memilih pemimpin Alquran dan Hadits telah memberikan petunjuk:
*     Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan fisik. Ini terungkap dalam Alquran surat Al-Qashash ayat 26 : “Sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah yang kuat…”
*     Pemimpin sejati memiliki sifat terpercaya. “Sesungguhnya engkau menurut penilaian kami adalah orang yang kuat lagi terpecaya” (QS. Yusuf: 54). Sifat terpercaya berkaitan dengan kemampuan mengendalikan diri, tidak menyelewengkan jabatan untuk mencari keuntungan secara tidak sah.
Sifat terpercaya juga berhubungan dengan keahlian. Dalam manajemen modern dikenal ungkapan the right man on the right job, orang yang tepat menduduki jabatan yang tepat, sebagaimana sabda Rasullah “Bila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari).
*     Pemimpin sejati adalah pemimpin yang adil. “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh) apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia, supaya menetapkan dengan adil” (Qs. An-Nisa : 59). Orang adil dalam ayat lain posisinya bergandengan dengan orang yang berbuat baik “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat baik (QS. An-Nahl: 90).
Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang menjamin kemaslahatan masyarakat dengan memberikan keadilan yang merata (‘adl syamil). Keadilan ini diberikan bukan saja kepada para pendukungnya tapi kepada seluruh masyarakat yang berada di bawah tanggung jawab kepemimpinannya. Kebahagiaan Allah janjikan pula kepada pemimpin yang adil, sebagaimana sabda Rasulullah ”Para pemimpin yang adil akan tinggal di atas panggung-panggung yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang berlaku adil dalam memutuskan perkara dan mengurus ahli-ahlinya serta segala sesuatu yang diserahkan kepadanya.” (HR Muslim). Bila pemimpin telah berada dalam naungan dan cahaya Allah maka ia pun akan membawa masyarakat ke arah yang sama.
*     Kriteria pemimpin sejati adalah pemimpin yang dicintai oleh umatnya. Rasulullah bersabda : “Sebaik-baik pemimpin adalah orang yang kamu cintai dan dia juga mencintai kamu, kamu mendoakannya dan dia pun mendoakanmu. Dan sejahat-jahat pemimpin ialah orang yang kamu benci dan membenci kamu, kamu kutuk dan  juga mengutuk kamu…. (HR. Muslim)
Bila umat telah mencintai dengan sepenuh hati dan mentaati dengan segenap jiwa lahirlah pemimpin yang berwibawa.
Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk bisa memilih pemimpin sejati. Pemimpin yang bukan saja kuat secara fisik, tapi juga dapat dipercaya, berlaku adil dan dicintai oleh masyarakatnya. Amin.